Memo. Berita soal kedatangan Maria " Ozawa" Miyabi di Jakarta, makin santer di kalangan ahlu-blogger. Memang bintang film satu ini akan dijadwal datang ke jakarta tanggal 14 Oktober 2009. Menurut manajer Maxima usai wawancara dengan okezone di jakarta (29/9/09), dipastikan bahwa Miyabi akn datang sesuai dengan Jadwal, meski masih ada pro dan kontra. Lho kok ?



Miyabi Mau adegan Porno ?

Bintang asal jepang itu memang kerap tampil porno di depan kamera. Saking tenarnya, di negerinya nakamura sana cewek muda itu telah menjadi icon film porno. Karuan saja, saat banter berita soal kedatangan miyabi, banyak pihak yang keberatan. Apalagi, doi datang bukan sekedar visit tapi memang ada hajat syuting. Masih menurut maxima, pihak yang mendatangkan Miyabi, sepekan dia akan syuting untuk film Menculik Miyabi. Boleh jadi, karena judul film itu ada nama Miyabilah, mendorong maxima harus memborong miyabi ke jakarta. Konon, dalam kisah film tersebut ada tiga mahasiswa Indonesia yang kesengsem dengan Miyabi. Lantas, mereka berencana menculiknya saat Indonesia.

Kepastian datannya miyabi mengundang beragam respon. Paling tidak, bagi kalangan sufi alias suka film, tentu ini merupakan durian runtuh. Tak heran, mereka pun menyambut gembira. Disisi lain, tak sedikit pihka yang menolak, Menurut Wanda Hamidah disini, apapun alasannya, wanita berambut pendek ini tetap mengecam keras ke datangan Miyabi ke Indonesia. Demikian pula menurut MUI. Pasalnya semua orang tahu kalo dia adalah icon film porno. Ketua MUI, KH Amidhan disana juga prinsipnya sama, perlu ditegaskan bahwa jika kedatangan miyabi ke Indonesia untuk main film porno ini bisa merusak generasi bangsa.

Maklum, ini negeri serba boleh.

Meski jelas siapa miyabi, pemerintah di negeri ynag mayoritas muslim tetap membolehkan kehadirannya karena dia datang bukan untuk adegan porno. Permasalahannya adalah kita hidup di masyarakat yang serba boleh, prinsip inilah yang dipakai mayoritas penggemar demokrasi dan sekularisme. Demorasi sudah pasti membolehkan orang untuk berprinsip permisif alias serba boleh bahkan silakan saja jika mau memeluk erat budaya hedonisme. Sah-sah saja dalam aturan sekularisme. Tak boleh ada yang ngelarang dan tak boleh ada yang cerewet ngomongin.

Itu sebabnya, kata gaulislam tak elok dalam pandangan sekularisme jika kita petantang-petenteng untuk memaksa orang lain tunduk dengan keinginan kita. Termasuk kasus hendaknya datangnya artis porno asal Jepang bernama Miyabi, atas nama HAM dan demokrasi, sangat boleh jadi yang mengundangnya akan nekat jalan terus meski banyak yang protes. Iya nggak sih?

Sobat bloggers, dalam adat-istiadat demokrasi semua akan serba permisiv. Prinsipnya, Narkoba, pornoaksi, korupsi, sex bebas dll hukum asalnya boleh selama tidak merugikan orang lain. Lantas, terjadilah bencana sosial, kasus rusaknya moral, dll. Dalam kondisi itu orang-orang berpikiran bagaimana mengatasi masalah itu. Ya, akhirnya segenap dana dan daya diperas untuk sibuk mengatasi narkoba, miras, sx bebas, kelaparan akibat korupsi dll. Saat itulah Hukum baru diperlukan saat banyak pihak yang resah gara-gara masalah itu dan merengek minta dilindungi haknya.

Sehingga kita bisa lihat, HUKUM yang ada pasti KALAH selangkah dengan MASALAH yang ada.Seolah HUKUM hanya mampu dipakai untuk mengerem eksesnya, BUKAN menghilangkan masalah. Layaknya, pasien tipus dikompress dan diiberi vitamin. Kapan sembuh ?

Memo untuk ahlu blogger.

Ini tak bisa dibiarin lho. Kita punya hak untuk hidup lebih baik, lebih bermartabat, lebih nyaman dan lebih sejahtera. Tentu ada resepnya dan ahlu blogger perlu ikut andil dalam mewujudkannya. Yang pasti, selama berharap dan masih kembali pada adat demokrasi permisiv hanya membuat kita melanggengkan masalah, bukan menyelesaikannya.

Sehingga kita tidak akan melihat lagi Sikap bapak-bapak di pemerintah negeri ini yang cukup aneh. Bagaimana tidak, miyabi si aktris porno dapat visa dan dibolehkan masuk ke Indonesia, tetapi banyak peserta Konferensi Ulama Nasional yang digelar Juli 2009 semisal dari pakistan justru tak diijinkan ke Indonesia. Aneh Kan ?





0 komentar